Back to nature
atau yang sering kita kenal dengan istilah kembali ke alam menjadi suatu
konsep yang bertujuan untuk mengubah
gaya hidup manusia yang semakin tak terkontrol dalam berbagai aspek,
meningkatnya pertumbuhan manusia yang sangat pesat jumlahnya membuat pembangunan
fisik tak terbendung lagi.
Sekarang ini
banyak sekali orang yang membuat bangunan dengan mengonsumsi sumber daya alam
yang berlebihan , ternasuk energi, air, dan material, serta banyak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Radikalisme arsitektur mulai berkembang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
kemudian alam dijadikan tempat sebagai pelampiasan inspirasi untuk
merepresentasikan model karya arsitekturnya, yang dikatakan arsitektur yang
tanggap terhadap kondisi alam dan bumi saat ini.
Untuk mengatasi
masalah ini sebenarnya sudah ada pemikiran ke depan yaitu bagaimana arsitek
sebagai manusia tidak akan membiarkan sebuah bangunan yang secara estetika
buruk meskipun bangunan itu dibalut dengan nama arsitektur ‘hemat energi’ atau
arsitektur ‘ramah lingkungan’. Arsitektur hijau merupakan langkah untuk
mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan
alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Penerapan arsitektur hijau akan
memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan.
Arsitektur hijau
adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi
berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk
pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya
menjadi satu kesatuan.
Dalam contoh
kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar kita. Arsitektur hijau
diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian
bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau
juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan bangunan.
Penggunaan
material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur
hijau, sehingga penggunaan material dapat dihemat. Green’ dapat
diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah
lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat
baik).
Suatu bangunan
belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep Arsitektur hijau apabila
bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap
lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga
menyangkut masalah pemakaian energi. Oleh karena itu bangunan berkonsep green
architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan
aspek-aspek pendukung lainnya.
Prinsp Green Architecture :
Hemat energi / Conserving energy :
Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi
listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
Memperhatikan kondisi iklim / Working
with climate : Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi
tapak kita, dan sumber energi yang ada.
Minimizing new resources : mendisain
dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya
tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang, penggunaan material
bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
Tidak berdampak negative bagi kesehatan
dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang
akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga
jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak
berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
Merespon keadaan tapak dari bangunan, respect
for user : Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan
dan memenuhi semua kebutuhannya.
Menetapkan seluruh prinsip – prinsip
green architecture secara keseluruhan: Ketentuan diatas tidak baku, artinya
dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.
Arsitektur hijau
bukanlah suatu hal yang baru. Masyarakat di masa lampau telah melakukan
pemikiran dan pemanfaatan serta bersahabat dengan lingkungan. Selama ini,
banyak arsitek terpengaruh arus informasi perkembangan arsitektur kontemporer
dan modern sehingga mempengaruhi gaya rancang seperti di luar.
Padahal rumah
tradisional Indonesia sudah merupakan
arsitektur tradisional yang selalu menggunakan prinsip-prinsip green
architecture. Karena Mereka mengambil material yang ada di sekitar mereka dan
menggunakan bahan yang paling awet dan paling mudah dijadikan sebuah rumah,
yaitu kayu.
Mereka
menggunakannya sesuai kebutuhan mereka saja. Dan memakainya lagi jika masih
bagus serta mendesain rumah sesuai iklim di Indonesia yaitu iklim tropis.
Dengan melihat keadaan ini seharusnya green architecture dapat diterapan
kembali secara meluas di Indonesia guna mengurangi salah satu penyebab
pemanasan global. (Cosmas Surya P)
Sumber:
http://ndyteen.blogspot.com/2012/07/green-architecture-arsitektur-hijau.html
http://properti.kompas.com/read/2011/11/02/13392588/Melongok.Lagi.Arsitektur.Hijau.Warisan.Masa.Lampau
http://antariksaarticle.blogspot.com/2011/06/fenomena-arsitektur-hijau-arsitektur.html
http://www.rudydewanto.com/2011/01/arsitektur-hijau.html
http://virtualarsitek.wordpress.com/artikel/sejarah-arsitektur/tipologi-arsitektur/arsitektur-hijau/
sumber gambar :
http://konstruksimania.blogspot.com/2012/09/arsitektur-hijau.html
Sumber Gambar:
http://greendesign1.com/green-home#